analisis 2 puisi yang berbeda


MEMBANDINGKAN PUISI PENGAGUM MIMPI (BAHASA INDONESIA) DAN PUISI PASENG (BAHASA BUGIS) MENGGUNAKAN PENDEKTAN MIMETIK

A.    KAJIAN PUISI MENGGUNAKAN PENDEKTAN MIMATIK
a.     Puisi bahasa Indonesia
PENGAGUM MIMPI
Nanda Eka Adi Putra

Akulah pengagum di balik tabir rahasia senyum kharismamu
Merekat erat di benak malamku
Menghantarkan hasratku ke tepi bahagia
Merajut sejuta impian bersama mimpimu

Aku masih didalam malamku
Melukis senyum manismu didalam tidurku
Dan bermimpi tentang indah hari-hariku
Bersamamu...
Pada puisi “pengagum mimpi” karya Nanda Eka Adi Putra tersebut menceritakan tentang pengharapan serta angan yang sangat mendalam seseorang untuk dapat hidup dan menjalani hari-harinya berama dengan orang yang dikasihinya. Penyair melukiskan tabir rahasia, merekat erat, merajut sejuta impian. Semua benda-benda itu mengungkapkan perasaan harap dan angan yang teramat dalam yang tak diungkapkan secara langsung kepadanya.
Penyair merasa lem merupakan suatu yang di identikkan dengan alat yang digunakan untuk merekatkan yang bermaksud bahwa mimpinya itu sudah direkatkan dengan erat dan tak bisa dilepas lagi, maksudnya tokoh dalam puisi tersebut sudah tidak bisa melepaskan lagi mimpinya, ia konsisten dan berkeyakinan teguh pada mimpi dan harapannya itu untuk bisa bersama dengan orang yang dikasihinya itu.  Selain itu terdapat kata tabir rahasia yang berarti dinding penyekat, penutup dinding , yang berarti sebuah harap yang tak diungkapkan secara langsung kepadanya. Terdapat pada bait pertama yaitu:
“Akulah pengagum di balik tabir rahasia senyum karismamu”
“Merekat erat di benak malamku”
Larik dalam bait tersebut juga digambarkan suasana malam. Malam yaitu suasana alam yang identik dengan sepi, hening, sunyi dan gelap. Maksudnya yaitu ia berharap dalam sepi, hening, sunyi  hanya ia yang tau akan  harapannya itu, yang tak ia sampaikan kepada orang yang dikasihinya. Dan dalam kata malam sendiri juga di identikkan dengan gelap. Maksud gelap dalam puisi tersebut yaitu suasana yang memang gelap hitam tak ada sinar. Maksudnya yaitu ia tak tau akankah harapannya tersebut dapat menjadi kenyataan atau tidak. Ia hanya bia melewati malam dan menunggu datangnya pagi, seperti ia menunggu harapannya itu menjadi nyata.
Pada bait kedua  dalam puisi “pengagum mimpi” perhatian penyair memfokuskan ke kehidupan malam. Yaitu tergambar pada suasana malam dan waktu tidur. Yang terdapat dalam larik pertama dan kedua di bait kedua
“Aku masih di dalam malamku”
“Melukis senyum manismu di dalam tidurku”
Suasana malam maksudnya ialah kegelapan, ketidakpastian, menunggu datangnya pagi seperti ia menunggu angan dan harapannya menjadi kenyataan, seakan-akan ia adalah gelapnya malam yang menunggu cerahnya pagi. Dan kata tidurku, tidur dalam puisi tersebut maksudnya ialah tidur di waktu malam, berharap diwaktu malam dengan ketidakpastian. Dalam tidur pastinya identik dengan mimpi, dalam puisi tersebut menceritakan bahwa harapan dan angan dari tokoh puisi terebut hanyalah sebuah mimpi. Ia bermimpi untuk datangnya kepastian dan kenyataan dari harapan harapan dan angannya itu.
b.     Puisi Bahasa Bugis

PASENG
Alif Ilhamsyah

Sadda mappabbati ada
Ada mappabbati gauk
Gauk mappannessa tau

Te mettok nawa-nawa majak
Te lessuk ada-ada belle
Te pigauk maceko
Te makkatuna ri padanna tau
Te takkalupa ri apolegenna

Artinya :
Suara mewujudkan kata
Kata mewujudkan perbuatan
Perbuatan membuktikan manusia

Tak membersihkan fikiran jahat
Tak mengeluarkan kata dusta
Tak melakukan perbuatan culas
Tak menghinakan sesama manusia
Tak melupakan asal kedatangan
Pada puisi diatas, bait pertama, pada baris pertama kata “sadda”  disini memiliki konteks religius. Baris kedua pada kata “ada” di kontruksikan sebagai Ati Macinnong yang artiya hati nurani, karena hati nurani tidak pernah berdusta lain halnya pada mulut yang sering berdusta. Baris ketiga yang kata “gauk” di sini di kontruksikan sebagai kedo-kedo yang artinya tingkah laku, karena pada baris ini djelaskan bahwa tingkah laku seseorang yang membuktikan bahwa orang tersebut adalah manusia.
Baris pertama bermakna, setiap perkataan yang di ucapakan mencerminkan kepribadian seseorang baik ataupun buruknya. Baris kedua sama halnya dengan baris pertama bahwa kata meunjukkan setiap perbuatan atau tingkah laku manusia menerminkanbaik adalah perbuatan yang buruk mencerminkan ketidak manusiawi.
Bait kedua merupakan uraian penjelas bait pertama. Seseorang yang memelihara hati nuraninya agar tidak tertutupi elok cinna sehingga dapat menerima saddana pawinruk-e manusia, dengan mengamalkan sifat-sifat dan prilaku, namun pada kata “ri appolengenna” dikontruksikan dengan kata puang marajae yang artinya Tuhannya.
Pada baik kedua, baris pertama orang yang tidak bertakwa di dalam benaknya selalu inigin berbuat kejahatan. Barisan kedua, orang yang bertakwa tidak akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhannya. Baris keempat bermakna saling menghargai manusia dan baris ke lima bermakna manusia yang bertakatidak akan melupakan tuhannya.
B.    MEMBANDIKAN 2 KARYA SASTRA DARI  DAERAH YANG BERBEDA

a.     Kajian Bandingan Menggunakan Metode Mimetik
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra berupa memahami hubungan karya sastra dengan realita atau kenyataan. Kata mimetik berasal dari bahasa yunani yaitu “mimesis” yang berarti tiruan. Menurut Abrams pendekatan ini karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan.

Pada 2 puisi yang telah dianalis diatas terdapat perbedaan pada kedua-kedua puisi tersebut, terlihat pada puisi yang pertama yaitu penyair menceritakan bahwa harapan dan angan dari tokoh puisi terebut hanyalah sebuah mimpi. Ia bermimpi untuk datangnya kepastian dan kenyataan dari harapan harapan dan angannya itu.
Kemudian pada puisi yang pertama yaitu penyair lebih menyuarakan nasihat kepada pembaca dengan jangan melupakan Tuhan yang menciptakan segala yang ada. Penyair metikberatkan yang tertuju sang Kholik yang menetukan apa yang terjadi. Penyair juga mendeskripsikan nasihat-nasihat agar tidak melanggar perintah-Nya dan mentaati segala perintah-Nya.


Komentar